Minggu, 29 Januari 2012

Studi Banding ke Korea (GI Bambang SN) :: Pendetanya Siap Mati Sahid

Pengantar: Kelompok gereja Presbyterian Korea mengundang beberapa hamba Tuhan GKJMB untuk mengadakan Studi Banding di beberapa gereja di Korea. Pdt. Mel P. Wohangara, GI. Bambang SN, GI Riko Tan, dipandu oleh Pdt. Suh Sung Ming, sebagai utusan dari GKJMB, selama 2 minggu berada di Korea memenuhi undangan tersebut. Di bawah ini adalah sebagian laporan perjalanan mereka selama berada di Korea dan ditulis oleh GI Bambang SN atas permintaan BULETIN GKJMB.

Rombongan kami berangkat pada tanggal 3 Oktober 2000. Tiba di sana, selama seminggu kami tinggal di Buchon, sebuah kota satelit dengan ciri banyak flat atau apartemen sebagai tempat tinggal. Kami disambut dengan hangat oleh Pdt. Park Chang Ha, gembala sidang dari Chamdoen Presbyterian Church yang ada Buchon. Kebanyakan jemaat dari gereja Chamdoen yang berjumlah 2000 orang berdomisili di sekitar Buchon. Adapun kegiatan rutin mereka adalah : Setiap pagi ada Doa Pagi pukul 05.00 dihadiri kurang lebih 70 sampai 80 orang. Mereka duduk bersila di atas sebuah bantal yang agak lebar dan memakai ruangan di lantai dasar yang juga dipakai untuk Sekolah Minggu. Kehidupan doa mereka sangat terasa. Selain doa pagi, kegiatan rutin mereka lainnya adalah Perkunjungan, Persekutuan Rumah Tangga (PRT), Pemahaman Alkitab dan pelatihan-pelatihan bagi jemaat.
Pdt Park Chang Ha sebagai gembala sidang memiliki filosofi tentang pertumbuhan gereja, yaitu dengan konsep lebih baik membuat banyak gereja daripada satu gereja yang besar. Dia memberikan ilustrasi lebih baik sebagai membuat hutan daripada menanam satu pohon yang besar. Oleh sebab itu, hamba Tuhan yang masuk ke dalam gerejanya mengadakan perjanjian kontrak selama 3 tahun, dan sesudah itu harus keluar guna merintis gereja baru dengan dibekali uang sewa gedung gereja. Sekitar 60-70 anggota jemaat ikut bersama-sama merintis di tempat yang baru. Segala kebutuhan gereja baru tersebut masih ditunjang oleh pusat sampai mampu mandiri. Adapun perintisan gereja baru dari Chamdoen masih terkonsentrasi di sekitar kota Buchon. Umumnya setiap pendeta Korea memiliki filosofi: Siap berkhotbah, Siap Pindah Rumah, dan Siap Mati Sahid, sehingga mereka memiliki komitmen yang tinggi
Setiap khotbah dalam kebaktian doa pagi dan kebaktian umum dilayani oleh gembala sidang, sedangkan pendeta yang lainnya melayani persekutuan-persekutuan, komisi-komisi, PRT.
Mereka memperhatikan keseimbangan kesehatan rohani dan jasmani untuk menunjang pelayanan. Prinsip hidup orang Korea: makan banyak, kerja banyak, dan mereka juga memperhatikan kesehatan tubuh sehingga rata-rata fisik mereka cukup kuat. Kebanyakan dari mereka setelah selesai doa pagi, lalu berolahraga dan kemudian dilanjutkan untuk pelayanan. (Kunjungan/PRT, dari pagi hingga sore di beberapa rumah).
SEOUL
Setelah seminggu berada di Buchon, kami menuju Seoul dan menginap di asrama Departemen Misi Myung Sung Presbyterian Church (MSPC). MSPC dengan gembala sidangnya: Pdt. Kim Sam Hwan memiliki anggota sebanyak 50.000 orang jemaat. Kebaktian doa pagi diadakan pada pukul 04.00, 05.00, 06.00, 07.00 pagi, dihadiri oleh ribuan orang. Semangat berdoa mereka sangat besar. Kebaktian umum setiap minggu ada 5 kali. Baik kebaktian doa pukul 05.00 dan pukul 06.00 pagi serta seluruh kebaktian umum, yang berkhotbah adalah gembala sidang, Pdt. Kim Sam Hwan. Dan ini berlaku secara rutin. Dari minggu ke minggu, bulan ke bulan dan tahun ke tahun. Pdt. Kim bila telah menyampaikan Firman Tuhan dan jemaatnya belum melakukan Firman Tuhan sesuai isi khotbahnya, maka dalam khotbah berikutnya, ia akan mengulangi topik yang sama sampai seluruh jemaatnya melakukannya.
Sebelum kami kembali ke tanah air, kami diberi kesempatan mengunjungi beberapa tempat antara lain bandara Incheon sebuah bandara bertaraf serta berfasilitas internasional baru yang sedang dibangun di Korea Selatan. (Incheon Airport International), mengunjungi perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara. Kami juga mengunjungi beberapa gereja lain, badan-badan misi, dan kantor Sinode Presbyterian yang sangat besar dan divisinya cukup lengkap, mengunjungi museum orang-orang Kristen yang mati sahid dan museum sejarah dan kebudayaan bangsa Korea. Dan tak lupa mengunjungi beberapa tempat perbelanjaan untuk sekedar jalan-jalan serta cuci mata.
KESAN-KESAN
Selama dua minggu mengadakan studi banding memang tak cukup. Namun, dari hal-hal yang kami lihat dan dengar kami menilai bahwa pertumbuhan orang Kristen di Korea memang sangat menakjubkan. Yang mencolok ialah banyaknya gereja dan satu sama lain saling berdekatan. Pendeta senior yang bukan gembala sidang, tidak berkhotbah di kebaktian doa maupun kebaktian umum. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena masing-masing pendeta sudah mempunyai pembagian tugas yang jelas. Biasanya mereka berkhotbah di persekutuan, komisi, PRT dan lain-lain.
Kerohanian jemaat cukup baik bahkan boleh dikatakan sangat baik, karena jemaat mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan yang akrab. Meditasi dan doa pagi mereka berjalan secara mantap.
Pertumbuhan jemaat di Korea dikarenakan mereka benar-benar melakukan Firman Tuhan dalaam kehidupan mereka sehari-hari. Firman Tuhan yang dikhotbahkan oleh gembala sidang diapresiasi sedemikian rupa, sehingga yang terpenting adalah Firman Tuhannya. Bukan baik atau tidak baik metode penyampaiannya. Dengan begitu mereka tidak membanding-bandingkan atau mengkritik khotbah dan pendeta, melainkan jemaat siap untuk melaksanakan Firman Tuhan tersebut. Hal ini juga terlihat ketika jemaat rela meninggalkan rumah atau pekerjaan untuk memulai perintisan gereja baru bersama Hamba Tuhannya. Memang melaksanakan Firman Tuhan adalah ciri murid Tuhan Yesus sejati (Matius 28:20), sehingga jemaat bukan hanya mendengar Firman tetapi juga melakukannya. Kegiatan rutin dalam kehidupan bergereja (ibadah dan pelayanan) kualitasnya sangat baik, mereka melaksanakan kegiatan rutin tsb dengan sebaik-baiknya, misalnya lagu pujian jemaat dan koor diambil dari lagu-lagu Hymne dengan kualitas menyanyi yang baik. Bahkan koor A mengisi kebaktian umum I selama satu tahun, Koor B di kebaktian umum II selama 1 tahun, dan seterusnya tanpa variasi yang berganti-ganti tim paduan suaranya.
REFLEKSI
Di Indonesia pengkhotbah berganti-ganti sehingga jemaat sudah terbiasa mendengar Firman Tuhan dan berbagai pengkhotbah. Jemaat juga biasa memilih pengkhotbah, serta mengkritik bila khotbahnya dinilai tak berbobot. Akibatnya mereka tidak melakukan Firman dan dengan demikian jemaat tidak akan bertumbuh. Sebab syarat pertumbuhan yang sejati adalah melakukan Firman Tuhan. Perhatian jemaat sering terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan besar seperti KKR, seminar, ceramah, retreat, dll. Sehingga kegiatan rutin sehari-hari tidak mendapatkan porsi perhatian yang cukup. Padahal yang membuat kerohanian jemaat bertumbuh dan berbuah lebat adalah makanan sehari-hari yang bergisi. Bukan makanan seperti di saat pesta yang setahun sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate